Nyeri Persalinan
by : Ratih Hermas Purnasari
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Persalinan adalah event penting yang sangat ditunggu oleh setiap
pasangan suami-istri & persalinan merupakan saat yang akan sangat
membahagiakan setiap keluarga. Sayang sekali proses menanti kelahiran ini akan
dilalui seorang ibu dengan jam-jam penuh rasa nyeri. Sebagian besar ibu-ibu
yang melahirkan, merasakan nyeri saat persalinan itu dengan intensitasnya
sangat berat sehingga ibu-ibu tersebut menjadi sangat menderita.
B.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu
menjelaskan tentang nyeri persalinan.
2. Tujuan
Khusus
a. Agar mahasiswa mampu memahami tentang
pengertian nyeri pada ibu
bersalin
b.
Mahasiswa
mampu memahami etiologi nyeri persalinan
c.
Mahasiswa
mampu memahami mekanisme nyeri persalinan
d.
Mahasiswa
mampu memahami faktor yang mempengaruhi nyeri kontraksi
e.
Mahasiswa
mampu memahami kecemasan dan ketakutan dalam meningkatkan intensitas nyeri
persalinan dan coping mekanisme terhadap nyeri
f.
Mahasiswa
mampu memahami metode pengendalian nyeri non farmakologis dan manfaatnya.
g.
Mahasiswa
mampu memahami metode pengendalian nyeri farmakologis
h.
Mahasiswa
mampu memahami skala nyeri.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Nyeri Kontraksi
Nyeri kontraksi adalah gerakan
memendek dan menebal otot-otot rahim yang terjadi untuk sementara waktu.
Kontraksi rahim menyebabkan kontraksi pada mulut rahim (segmen atas rahim) dan
menimbulkan rasa nyeri, dan juga rahim bagian bawah (segmen bawah rahim)
mengalami dilatasi (peregangan).
B. Etiologi Nyeri Persalinan
Selama kala I persalinan, penyebab
nyeri terutama akibat dari rangsangan reseptor-reseptor adnexa, uterus dan
ligamen-ligamen panggul.
Banyak study-syudy yang mendukung
teori bahwa nyeri pada kala I persalinan adalah akibat adanya dilatasi servik,
segmen bawah rahim, adanya tahanan yang berlawanan, tarikan serta perlukaan
pada jaringan otot maupun ligamen yang menopang struktur di atasnya. Teori
tersebut dapat dijelaskan dengan pendapat Bonika dan Mc. Donald melalui
factor-faktor berikut :
1.
Regangan dari otot-otot halus
memberikan rangsangan pada nyeri visceral. Intensitas nyeri yang dialami saat
kontraksi berhubungan dengan derajat dan kecepatan dilatasi servik maupun
sekmen bawah rahim.
2.
Intensitas dan lamanya nyeri
berhubungan dengan munculnya tekanan intrauteri yang berpengaruh pada dilatasi
dari struktur tersebut. Pada awal persalinan, tekanan intra uteri terbentuk dan
nyeri tampak kira-kira duapuluh detik setelah inisiasi dari kontraksi uterus.
Pada akhir persalinan, tekanan intra uteri lebih cepat terbentuk sehingga
terjadi nyeri lebih cepat pula.
3.
Saat servik diperlebar secara
cepat pada wanita yang tidak bersalin misalnya pada saat dilakukan tindakan
digital atau kuret, mereka mengalami nyeri seperti yang dialami oleh ibu
bersalin.
Meskipun rangsangan mekanis dari reseptor lebih besar dalam menghasilkan
impuls-impuls nyeri, namun mediatoe chemis (obat-obatan)seperti Bradykinin,
prostaglandin, Serotonin, dan asam laktat juga berpengaruh (Brownridge, 1995).
Rangsangan kala I persalinan
disalurkan dari jarinagn afferen menembus bagian bawah, tengah dan atas dari
pleksus hipogastrik, rantai simpatis lumbal dan torakal bawah menujiu ganglia
akar syaraf bawah pada T10 – L1. Nyeri dapat ditransfer dari daerah panggul
menuju pusar (umbulikus), paha atas dan daerah pertengahan sacrum.
Dengan penurunan janin pada kala II,
rangsang nyeri ditransfer melalui syaraf pudendal menuju pleksus sacrum ke
ganglia akar syaraf akar syaraf posterior pada S2 –S4. Selama awal kala II
persalinan, Ketika tidak ada tahanan dari servik, nyeri akan muncul akibat dari
reganan lanjut dari sekmen bawah rahim. Namun bila janin turun ke rongga
panggul, maka nyeri yang muncul disebabkan oleh reganan dari vagina depan dan
perineum yang merubah nyeri visceral dalam.
Tekanan dan perlukaan pada fascia,
jaringan subkutan dan otot-otot skeletal merangsang reseptor-reseptor dan
menggantikan lokasi nyeri bagian luar. Tekanan pada akar-akar dari pleksus
lumbo sacral menimbulkan nyeri pada paha, lutut, vagina, perineum dan rectum.
C. Mekanisme Nyeri Persalinan
Posted on Februari 2, 2009 by idmgarut
Nyeri pada saat persalina menempati
score 30-50 score yang ditetapkan Wall dan Mellzack. Score tersebut lebih
tinggi dibandingkan sindrom nyeri klinik seperti nyeri punggung yang kronik,
nyeri akibat kanker, nyeri tungkai/lengan, nyeri saraf , sakt gigi, memar,
nyeri tulang, fraktur, terpotong, serta keseleo.
Rasa nyeri saat persalinan disebabkan
oleh kombinasi pereganan segmen bawah rahim dan selanjutnya servik dan iskemia (hipoksia) otot-otot rahim.
Dengan peningkatan kekuatan kontraksi, servik akan tertarik, kontraksi ini juga
membatasi pengaliran oksigen pada otot-otot rahim sehingga timbul nyeri iskemik.
Keadaan ini diakibatkan oleh kelelahan ditambah lagi dengan kecemasan yang
selanjutnya akan menimbulkan ketegangan, menghalangi relaksasi bagian tubuh
lainnya dan mungkin pula menyebabkan exhaustion (kehabisan tenaga).
Uterus terbagi atas 3 lapisan otot
polos : lapisan longitudinal, lapisan dalam sirkular dan diantara 2 lapisan ini
terdapat lapisan dengan otot-otot yang beranyaman “ tikar “ . Seluruh lapaisan
otot ini bekerja sama dengan baik, sehingga pada waktu his yang sempurna
terdapat sifat –sifat kontraksi yang simetris, kontaraksi fundal dominan,
sesudah itu terjadi kontraksi.
Tiap his (kontraksi) dimulai sebagai
gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk kedalam dinding uterus. Di
tempat tersebut terdapat suatu pace maker dari mana gelombang his berasal.
Gelombang bergerak kedalam dan kebawah dengan kecepatan denagn kecepatan 2 cm
per detik untuk mengikutsertakan seluruh uterus.
His yang sempurna mempunayi kejang
otot paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan puncak
kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian uterus. Sesudah tiap his,
otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek daripada sebelumnya. Dalam bahasa
obstetric disebut retraksi. Oleh karena servik krang mengandung otot maka
servik tertarik dan terbuka, lebih-lebih jika ada tekana oleh sebagian besar
janin yang keras, misalnya kepala yang merangsang pleksus saraf setempat.
Nyeri akibat kontraksi uterus
sebagian besar disebabkan oleh iskemia yang terjadi pada serabut miometrium.
Karena serabut lebih banyak dan kontraksi lebih kuat pada segmen atas uterus,
nyeri dirasakan lebih hebat pada distribusi kutaneus T12 dan L1.
Banyak wanita sewaktu persalinanya
mengeluh nyeri punggung, yang mungkin hebat. Ini terjadi sewaktu dilatasi
servik ketika segmen bawah uterus berkontraksi lebih kuat dari biasanya atau
ketika tidak timbul triple descending gradiet.
Dalam gate control theory mengenai
mekanisme nyeri dinyatakan bahwa misteri dari nyeri sendiri sangat kompleks
terutama didemonstrasikan dengan baik oleh fakta bahwa tidak ada satupun
kenyataan apakah mekanisme neurofisiologikal yang palsu dari sensasi nyeri.
Mekanisme ini dapat diinisiasi
menembus stimulasi kulit melalui pijatan atau akupunktur atau stimulasi pada
batang otak, thalamus dan kortek serebral melalui relaksasi, alterasi stimulasi
sensori.
Suplai saraf dari celah uterus menuju
ke arah dua saraf thorakal (T11 dan T12) melalui paraservikal. Syaraf-syaraf
ini menyalurkan nyeri akibat adanya dilatasi servik. Pada akhir kala I syaraf
dari T10 dan L1 juga terlibat, karena letaknya yang dekat dengan panggul.
Syaraf pudendal memancarkan kembali impuls-impuls nyeri akibat penarikan
dinding panggul menuju syaraf sacral (S2, S3 dan S4 ).
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri kontraksi
1.
Intensitas dan lamanya
kontraksi rahim
2. Besarnya janin dan keadaan umum pasien
3. Pasien dengan primipara pada usia tua dan pada usia muda
4. Besarnya janin atau jalan lahir yang
sempit
5.
Kelelahan dan kurang tidur
6.
kecemasan dan ketakutan
sebagian besar ibu bersalin mengalami rasa nyeri pada
waktu melahirkan
E. Kecemasan dan Ketakutan Dalam Meningkatkan Intensitas Nyeri Persalinan.
Sebagian ibu bersalin mengalami rasa
nyeri pada waktu melahirkan, namun intensitas rasa nyeri ini berbeda pada
setiap ibu bersalin. Hal ini sering dipengaruhi oleh psikologis ibu saat
bersalin (rasa takut dan berusaha melawan persalinan) serta ada tidaknya
dukungan dari orang sekitar selama proses persalinan.
Dalam penelitian didapatkan bahwa
kecemasan-kecemasan mempengaruhi proses persalinan yaitu dapat menyebabkan
partus lama. Hal ini berarti bahwa psikologis mempunyai korelasi terhadap
kejadian partus lama yang biasanya terjadi pada kala I dan kala II.
Perpanjangan kala I dapat berupa prolonged
laten phase (pembukaan serviks tidak melewati 3cm setelah 8jam inpartum).
Pada kala II sering disebut prolonged second stage (pembukaan lengkap,ibu ingin
mengedan tapi tidak ada kemajuan penurunan).
Respon fisiologis terhadap nyeri
persalinan termasuk hiperfentilasi yang menyebabkan ibu mengalami hiperkarbia
(Pa CO2 15-20 mmHg) dan alkalosis respiratiri (PH 7,55-7,60).
Perubahan ini dapat mengakibatkan
mual, pusing, kebingungan, kejang, kepucatan dan keringatan. Perantara rangsang
nyeri oleh system syaraf otonom yang berpengaruh pada penundaan waktu
pengosongan lambung dan menurunkan peristaltic usus.
Dengan demikian disamping faktor
fisik,faktor psikis juga perlu diperhatikan dalam persalinan.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
persepsi nyeri persalinan antara lain umur, social, ekonomi, palitas, ukuran
bayi maupun persentasi bayi dan sebagainya.
Pada ibu-ibu yang sangat muda atau
tua dicatat mengalami nyeri yang sangat hebat pada saat persalinan. Paritas
juga berpengaruh terhadap persepsi nyeri, pada primigrafida akan lebih nyeri
pada awal persalinan sedangkan pada multipara nyeri akan meningkat saat
persalinan telah lanjut (saat penurunan janin berlangsung cepat pada kala II).
Terdapat pernyataan bahwa wanita
dengan kontarksi uterus yang sangat hebat, ada bayi yang besar atau presentasi
bayi tidak normal mengalami persalinan yang lebih hebat.
Terdapat bukti pula bahwa wanita
dengan riwayat dismennorea juga dapat mengalami peningkatan perdepsi nyeri yang
kemungkinan akibat produksi prostaglandin
Saat ini juga telah ditemukan
hubungan yang signifikan antara derajat nyeri persalinan dengan waktu
dimulainya tanda – tanda persalinan, dimana skala nyeri lebih rendah pada
persalinan kala II yang dimulai pada malam hari.
Penelitian membuktikan bahwa
kecemasan berhubungan dengan peningkatan nyeri persalinan. Pengaruh persiapan
terhadap persalinan, kenyakinan dan nilai-nilai serta dukungan termasuk dalam
koping terhadap nyeri persalinan.
Yang perlu diingat bahwa kecemasan
yang sangat dapat meningkatkan produksi rangsang reseptir pada tingkat kortek
serebral, dimana akan meningkatkan rangsang reseptor pada daerah panggul karena
penurunan aliran darah dan peningkatan otot (Lowe, Midewifery Comuniti-Baced
Care).
F. Coping MekanismTerhdap Nyeri Persalinan
Setiap wanita memiliki reaksi yang
berbeda-beda dalam menghadapi persalinan. Respon ini sifatnya sangat individual
dan tergantung pada kepribadian, kondisi emosional serta tingkat pemahaman
pasien, latar belakang cultural, keluarga serta pendidikan dan pengalaman
sebelumnya.
Wanita
yang menjalani persalinan normal dengan pendidikan dan persiapan yang baik
perawatan prefentif yang cermat, dukungan serta pendampingan oleh bidan yang
kompeten dan dengan analgeti yang tepat waktu serta indikasinya, cenderung
untuk memberikan pengalaman persalinan yang
“baik”.
Persepsi
nyeri selama persalinan meningkat jika wanita tersebut gelisah dan takut serta
pengetahuan tentang proses persalinan sedikit. Salah satu alas an pelatihan
melahirkan adalah untuk mengurangi rasa takut dan memperbaiki pemahaman ibu
tentangf melahirkan
Rasa nyeri memiliki m3 komponen:
a.
Stimulus – penyebab nyeri
b.
Ambang batas – tingkat dimana
intensitas nyeri terasa
c.
Reaksi- bagaimana seseorang
menginterpretasikan dan bereaksi terhadap nyeri tersebut
Coping mechanism (mekanisme
pertahanan) adalah proses tidak sadar yang dipakai untuk melindungi diri dari
kecemasan. Mekanisme peretahanan tidak memecahkan persoalan atau merubah
kondisi kecemasan itu sendiri, malah akan metrubah cara orang-orang berfikir
tentang sesuatu yang mengganggunya.
Ambang nyeri dalam persalinan dapat
diturunkan oleh rasa takut, kurangnya pengertian dan berbagai permasalahan
jasmani seperti: demam, kelelahan, asidosis dehidrasi, ketengangan. Ambang
nyeri dapat dinaikkan oleh penggunaan obat-obatan, kesehatan fisik serta
psikologik, relaksasi dan pengalihan perhatian.
Rasa nyeri persalinan dapat dikurangi
baik itu menggunakan metode farmakologik maupun nonfarmakologik yang mana
terkait dengan 3 tujuan dasar pengurangan nyeri dalam persalinan yaitu :
1.
Mengurangi perasaan nyeri dan
tenang sementara pasien dalam keadaanterjaga seperti yang dikehendakinya
2.
Menjaga agar pasien dan
janinnya sedapat mungkin terbebas dari efek depresif yang timbul oleh obat
3.
Mencapai tujuan ini tanpa
mengganggu kontraksi otot rahim
G. Metode pengendalian nyeri non farmakologis Dalam Mengurangi Nyeri Persalinan
1.
Posisi ibu dan perubahan posisi
Studi dari berbagai kultur terhadap
berbagai pilihan-pilihan posisi wanita selama persalinan meyakini bahwa wanita
mempunyai kecenderungan untuk memilih macam-macam posisi dan sering merubah
posisisnya selama proses persalinan dan kelahiran.
Secara medis anggapan bed rest selama
persalina adalah pada saat ibu membutuhkan istirahat lebih banyak pada ibu
bersalin dengan komplikasi serta adanya kesulitan untuk bergerak karena adanya
intervensi seperti pemberian cairan intra vena, pelaksanaan vetal monitoring secara
terus menerus, dan juga pada pemberian sedativ atau anastesia.
Pada saat para peneliti mengobservasi
wanita dalam persalinan yang tidak dilakukan pengaturan terhadap posisinya,
mereka mencatat seringnya perubahan posisi dimana kecenderungan wanita memilih
posisi torso vertical (seolah terpuntir ke atas).
Perubahan posisi termasuk ambulasi,
telah diteliti hubungannya dengan pemakaiannya medikasi secara minimal untuk
mengurangi nyeri persalianan, kontraksi uterus menjadi lebih efektif dan
meningkatkan kesadaran ibu terhadap pengaturan kelahiran.
Manfaat dari macam-macam posisi
perubahan posisi seperti penjelasan pada table berikut
No
|
POSISI
|
PEN
|
|
1
|
Berdiri
|
Gaya gravitasi berpengaruh terhadap penurunan bagian bawah janin:
sumbu bawah janin menyesuaikan diri dengan sumbu panggul ibu; kontraksi
uterus sedikit menimbulkan nyeri sehingga lebih efektif; dapat meningkatkan
dorongan untuk mengejan akibat tekakan bagian tebawah janin.
|
|
2
|
Berjalan
|
Dengan gerakan membuat perubahan dalam persendian panggul sehingga
membantu rotasi dan penurunan bagian terbawah janin.
|
|
3
|
Berdiri dan bersandar pada pasangan atau sambil menempelkan muka
pada dinding
|
Membantu mengurangi nyeri; memberi kesempatan terhadap pemberian
massage dan tekanan; memungkinkan untuk lebih santai diantara kontraksi
|
|
4
|
Bersandar sambil menggoyangkan badan
|
Dengan gerakan membuat perubahan dalam persendian panggul; dengan
pelukan suami akan meningkatkan perasaan bahagia dan nyaman; massage dan
pressure dapat dilakukan sambil bergerak.
|
|
5
|
Jongkok: membuka kaki dengan lutut ditekuk sambil melebarkan yang
lainnya
|
Dapat meningkatkan diameter-diameter panggul dan merangsang untuk
mengejan.
|
|
6
|
Jongkok ke samping saat kontraksi
|
Dapat membantu terjadinya rotasi dari posisi janin yang
occipitoposterior
|
|
7
|
Duduk tegak
|
Merupakan posisi istirahat terbaik; menyediakan pengaruh grafitasi
; dapat digunakan untuk mementau kondisi janin
|
|
8
|
Duduk di toilet
|
Dapat membantu merelekkan perineum saat mengejan
|
|
9
|
Setengah duduk
|
Sama dengan keuntungan dari posisi tegak
|
|
10
|
Duduk bersandar dengan penopang
|
Mengurangi nyeri punggung
|
|
11
|
merangkak
|
Membantu mengurangi nyeri pubggung; membantu rotasi janin dari
posisi OP; memfasilitasi pergerakan panggul; menghindari tekanan pada
hemorroid dan varicositas vulva
|
|
12
|
Berlutut dengan penopang
|
Mengurangi tahanan pada tangan dan pergelangan
|
|
13
|
Miring kekiri
|
Merupakan posisi istirahat yang paling baik; sering dipakai untuk
intervensi yang mendesak; baik digunakan untuk mengatur kecepatan pada kala
II ; memudahkan untuk istirahat diantara kontraksi selama akhir kala satu dan
pada kala dua persalinan.
|
|
2.
Pijatan (Massage)
Pijatan digunakan untuk membantu
relaksasi dan menurunkan nyeri melalui peningkatan aliran darah pada daerah
daerah yang terpengaruh, merangsang reseptor-reseptor raba pada kulit sehinnga
merilekskan otot-otot,perubahan suhu kulit,dan secara umum memberikan perasaan
nyaman yang berhubungan dengan keeratan hubungan manusia.
Pijatan dapat bernacam macam bentuk
mulai dariusapan ringan (belaian), sampai dengan pijatan mendalam pada kulit
dan struktur di bawahnya.Hal ini diyakini bahwa dapat merangsang pengeluaran
dari hormone endorphin,mengurangi produksi hormone catecholamine,dan merangsang
hasil dari serabut syaraf afferent dalam memblokir trnsmisi rangsang nyeri(gate
control theory).
Hedstrom dan Newton (1986), dalam
studi klasiknya terhadap penggunaan sentuhan dalam persalinan,menemukan bahwa
sentuhan merupakn
An metode yang digunakan secara umum
dalam persalinan untuk membantu mengurangi nyeri.
3.
Tekana (pressure) dan Tekanan
yang kuat (Counterpresure).
Akupressurre merupakan pedaketan
pengobatan timur kuno dimana menggunakan pijatan pada bagian tertentu dari
tubuh (garis aliran energi) untuk menurunkan nyeri atau mengalihkan fungsi
organ.Manfaat manfaat yang mendasari dalam pengobatan kuno menjelaskan pengaruh
aliran energi atau pembebasan sumbatan aliran energi.Penjelasan lain mengenai
manfaat dari akupresurre adalah dapat meningkatkan hormone endorphin local.
Penelitian terhadap penggunaan
akupresurre dalam persalinan masih terbatas, namun demikian tehnik ini
digunakan di Negara Negara Asian dan termasuk dalam psikopropilaktik murni yang
dilaksanakan di Rusia mengingat manfaatnya yang sangat besar tersebut. Sebuah
publiksi penelitian disebuah jurnal medis Amerika mencatat afektifitas dari
akupresurre terhadap stimulasi dan rangsangan persalinan serta pencegahan
persalinan preterm (tsueii, lai, dan sharma).
Tekanan pada akupresurre dilakukan
dengan menggunakan ujung ujung jari atau ibu jari diatas titik akupresurre,
salah satunya adalah sebuah tekanan menetap atau suatu kekuatan dalam gerakan
kecil melingkar (jungman, maternity nursing).
Stimulasi spesifik diperoleh melalui
akupressurre dengan penambahan dukungan kehadiran seseorang. Penambahan
dukungan secara umum melalui penyampaian petunjuk yang di akui sebagai syarat
seperti relaksasi,sisualisasi dan pengaturan nafas.Pengaruh dari kombinasi
metode metode tersebut merupakan efek sinergi yang alamiah.
Counterpressurre merupakan tekanan
yang cukup kuat pada titik tertentu dipunggung bawah selama kontraksi dengan
menggunakan ujung jari atau alat tertentu atau tekanan menggunakan kepalan
kedua tangan secara kuat.Hal ini dapat dilakukan oleh bidan maupun keluarga
yang mendampingi ibu.Metode ini sangat bermanfaat untuk mengurangi nyeri yang hebat
terutama di daerah pinggang belakang saat dimana terjadi posisi oksipito
posterior.
4.
Distraksi
Dari hasil penilitian dan observasi
klinik menunjukkan bahwa strategi distraksi merupakan teknik yang sangat kuat
untuk membuat nyeri yang sangat hebat dapat ditahan.
Terapi sentuhan atau usapan merupan
metode distraksi dari praktek rakyat (tradisional) dengan belaian tangan pada
bagian tubuh tertentu yang membutuhkan.
Pendekatan teknik distraksi sebagian
besar diambil dari metode Lamaze yang telah melahirkan ide-ide seperti
metode-metode persiapan persalinan dengan melakukan konsentrasi pada relaksasi
melalui pengaturan nafas selama kontrasi. Dengan irama nafas yang teratur
menghasilkan pengurangan nyeri serta oksigenasi yang adekuat bagi uterus.
Selain pengturan nafas, perubahan
posisi dan usapan pada daerah perut juga dilakukan untuk membantu mengalihkan
rasa nyeri, dimana hal ini membutuhkan upaya kognitif dan motorik dari pasien.
Menjaga mata tetap terbuka dan memusatkan pandangan pada suatu objek tertentu merupakan
metode distraksi yang paling ringan dan mudah.
Pada umumnya metode Lamaze
mengajarkan pada ibu suatu upaya yang kuat untuk mengalihkan rasa nyeri melalui
berbagai aktifitas seperti tersebut diatas.
Saat ini, distraksi dalam bentuk lain
adalah dengan menambahkan satu atau lebih tekhnik lain terhadap tekhnijk
pengaturan nafas dari Lamaze, antara lain: konsentrasi, usapan perut,
kesunyian, nyanyian dengan irama 4/4 untuk di koordinasikan dengan irama nafas
dan sebagainya. Meskipun banyak cara untuk distraksi selam akontraksi, namun
bidan tidat semua cara tersebut pada ibu di setiap fase persalinan. Pada awal
persalinan mungkin ibu dapat menggunakan distrsksi melalui penyampaian nasehat
selama kontraksi, akan tetapi menjelang akhir persalinan hal itu justru akan
membuat ibu mudah tersinggung. Pada akhir persalinan yang lebih di harapkan
oleh ibu adalah agar bidan melakukan sesuatu untuk membantunya menguranginyeri
selama kontraksi.
Bantuan bidan akan bermanfaat bila
dilakukan diantara kontraksi, bukan pada saat kontraksi. Ibu akan memilih satu
dari tekhnik-tekhnik yang dianggap enak dan mudah untuk dicoba. Hal ini akan
lebih efektif bila bidan mendemonstrasikan terlebih dahulu baru ibu mengikuti.
5.
Teknik Deep Relaxation
(relaksasi mendalam) pada proses persalinan.
Deep relaksation yang saat ini telah
dikombinasikan dengan penambahan sugesti atau disebut hipnoBirthing merupakan
sebuah paradigma baru dalam pengajaran melahirkan secara alami. Tekhnik ini
mudah dipelajari, melibatkan relaksasi yang mendalam, pola pernafasan lambat,
dan petunjuk cara melepaskan endorphin dari dalam, tubuh yang menungkinkan
calon ibu men9ikmati proses kelahiran yang aman, lembut, cepat dan tanpa proses
pembedahan. Terapi ini mengajarkan para ibu untuk memahami dan melepaskan Fear-Tension-Pain
Syndrome (kumpulan gejala yang berhubungan dengan rangkaian
nyeri-tekanan-ketakutan) yang sering kali menjadi penyebab kesakitan dan
ketidaknyamanan selama proses kelahiran.
Saat kita merasa takut, tubuh
mengalihkan darah dan oksigen dari organ pertahanan non esensial menuju
kelompok otot besar diwilayah kaki dan tangan. Akibatnya, area wajah menjadi
berubah warna, makanya ada ungkapan pucat karena ketakutan.
Dalam situasi yang menakutkan, tubuh
mempertimbangkan bahwa uterus atau rahim dipandang sebagai organ tidak penting.
Menurut Dr. Dick-Read rahim pada perempuan yang ketakutan secara kasat mata
memang tampak putih.
Hypno Birthing mengeksplorasi mitos
bahwa memang rasa sakit adalah hal yang wajar diutuhkan saat melahirkan normal.
Saat perempuan yang melahirkan terbebas dari rasa takut, otot-otot di tubuhnya
termasuk otot rahim akan mengalami relaksasi, yang akan menbuahkan proses
kelahiran yang lebih mudah dan bebas stress.
Dalam beberapa khasus, tahapan proses
kelahiran juga menjadi lebih pendek, mengurangi kelelahan selama perjuangan
melahirkan bayi dan ibu akan tetap segar, penuh energi setelah melahirkan.
Mempelajari sebuah bahasa baru
melahirkan merupakan kesatuan dalam pelatihan HypmoBirthing. Misalnya, daripada
focus pada kontraksi, seorang ibu yang mendalami HypnoBrithing mengalami sebuah
‘gelora’. Saat alam bawah sadar ibu meneriama kata ‘ gelora’ tubuhnya
menciptakan jawaban fisiologis seketika, sebuah respon yang amat berbeda dari
kata ‘ kontraksi’.
Dengan memahamibetapa efektifnya jawaban
tubuh terhadap proses melahirkan yang lebih lembut, seorang ibu HypnoBrithing
memiliki keahlian secara lisan dan visual mengenai kemampuan alaminya dalam
mengikuti cara alami ideal melahirkan.
Keterangan fisiologis untuk semuanya
adalah simple, karena adanya ketakutan, begitu persalinan akan dimulai, respon
alami (dengan tubuh mengalirkan Adrenalin sebagai hormone perangsang ketakutan
dalam perlawanan/kumpulan syndrome).
Suatu cara untuk melindungi tubuh,
respon anatomis yaitu dengan jantung berdetak lebih cepat, nafas lebih cepat,
mata melebar dan aliran darah menempatkan diri pada saluran otot-otot non
esensial. Di sini terdapat dua salur dari otot-otot uterus – satu vertical dan
satu sirkuler, yang bekerja bersamaan untuk membuka serviks dan mendorong
dengan mantap, bayi keluar. Jika otot-otot
tersebut dirileks kan, ia akan dapat berfungsi dengan semestinya.
Latihan-latihan autohypnosis dan
relaksasi sedang dikembangkan di Indonesia, tak hanya untuk meredakan kecemasan
atau depresi, melainkan juga memudahkan proses persalinan dan meredakan rasa
sakit.
Berikut adalah tips-tips untuk melakukan relaksasi saat persalinan :
a.
Sebaiknya, kita selalu ingat
bahwa kehamilan adalah anugrah dari Yang Maha Kuasa. Bukankah tak semua wanita
diberi kesempatan untuk hamil dan memiliki anak? Keyakinan seperti ini bisa
menjadi dasar untuk menjalani kehamilan dengan relaks, nyaman, santai, dan
bersukacita.
b.
Bila masih terasa berat,
hindarilah perasaan-perasaan sesal kenapa harus menjalini kehamilan. Tanamkan
pada diri sendiri bahwa kehamilan hanya berjalan sembilan bulan, setlah itu
akan lahir bayi mungil yang sangat dinantikan. Bayi yang lahir nanti adalah
hadiah yang sangat luar biasa.
c.
Bila muncul ketegangan
perasaan, kekakuan pada otot, pegal-pegal, cobalah melakukan relaksasi dengan
cara melakukan peraturan nafas. Ambil posisi yang paling nyaman dengan mencoba
sesantai mungkin. Bisa dalam posisi duduk atau berbaring sambil memejamkan
mata. Relaksasikan otot-otot seluruh tubuh, mulai dari otot kaki, pinggang,
punggung, leher dan wajah. Bernapaslah lewat hidung, tarik dan embuskan
perlahan-lahan. Ulangi selama 10 sampai 20 menit atau sampai kita merasa
nyaman. Sambil melakukannya, tekan perut kearah luar. Hitunglah sampai empat.
Biarkan otot pundak dan leher kita relaks. Lalu, keluarkan napas perlahan-lahan
dan tenang.
d.
Bila punya risiko psikologis
tinggi, misalnya akibat tidak menghendaki kehamilan, sebaiknya dibimbing oleh
ahli, seperti dokter spesialis kejiwaan. Soalnya, permasalahan yang dialami ibu
sudah sangat berat dan sulit diatasi sendiri atau oleh bantuan orang awam
e.
Faktor penting untuk mendukung
relaksasi ibu hamil adalah keterlibatan emosi dari pihak suami. Mintalah suami
untuk lebih empati ketika istri sedang menjalani kehamilan. Dukungan suami
merupakan hal yang sangat penting.
f.
Ibu hamil yang masih tetap
bekerja, sedapat mungkin menghindari stress pekerjaan. Rencanakan pekerjaan
seefektif mungkin agar tidak menjadi sebuah beban yang bisa menimbulkan stress.
g.
Kesibukan di tempat kerja
kadang menjadi bea\ban tersendiri. Sesekali minta suami untuk meringankan
beban. Misalnya dengan memintanya untuk memijat bagian-bagian yang terasa kaku
dan perlu dilemaskan. Pijatan lembut, selain dapat menghilangkan kejenuhan dan
pegal-pegal selama bekerja, juga dapat menimbulkan rasa tenang dan akan sangat
berpengaruh pada janin.
h.
Luangkanlah waktu untuk
berbincang bertiga : ibu, suami, dan janin. Hal ini merupakan hiburan yang
cukup berarti bagi ibu hamil dan akan menambah rasa tenang dan nyaman.
i.
Berkomunikasi dengan janin
bukan sesuatu yang dilarang. Meskipun dia masih berada dalam rahim, janin sudah
bisa mendengar apa yang diutarakan ibunya. Komunikasi ini bisa memicu keeratan
hubungan antara ibu dan janin, yang bisa menambah rasa percaya diri si ibu
sehingga perasaan relaks bisa muncul lebih kuat. Waktu terbaik untuk berbincang
dengan janin adalah sekitar jam 7 sampai 8 malam.
6.
Pendampingan suami selama
persalinan.
Pada masa lampau seorang suami tidak
diperbolehkan menemani isterinya pada saat-saat kelahiran untuk menghindari
infeksi dalam ruangan bersalin. Suami dianggap salah satu penyebab adanya
kontaminasi.
Tetapi pada jaman kini keterlibatan
seorang suami pada masa kehamilan tidaklah berhenti di ruangan tunggu rumah
sakit saja. Suami tidak lagi dianggap sebagai orang asing didalam ruangan
bersalin.
Dari survey daftar pertanyaan yang
diselenggarakan di Eropa, WHO mengemukakan bahwa suami mungkin sangat dibtuhkan
kehadirannya di Rumah Sakit sebanyak 12 dari 23 negara (WHO 1985).
Suami hadir dalam persalinan dengan
dua pertimbangan. Pertama memberikan pernyataan pada isteri bahwa proses
persalinan merupakan sebuah pengalaman yang positif. Alasan kedua bahwa dengan
kehadiran suami dalam persalinan, maka suami dapat merasakan gambaran dari
proses persalinan tersebut.
Banyak peneliti lain memperkuat bahwa
kehadiran seorang suami sangat bernilai pada saat kelahiran. Dorris R Entwisle
dan Susan G. Doering membandingkan seorang suami yang menenmani isterinya hanya
pada tahap kedua saja dengan suami yang tidak terlibat sama seklai. Ternyata
kehadiran suami akan menambah pengalaman emosi positif pada isteri. Kaum ibu
lebih sering mengatakan, kelahiran bagaikan suatu pengalaman puncak baginya
jika suami hadir pada peristiwa itu.
Peneliti Entswile dan Doering
terhadap yang tidak diijinkan dalam ruang bersalin, ternyata 80% mengalami
perasaan negative dan kecewa. Tetapi sebaliknya suami yang hadir pada saat
istrinya melahirkan mengungkapkan perasaan antusias dengan pengalaman itu, 90 %
mengatakan “saya merasa kagum”. Dalam penelitian yang sama, ternyata lebih
banyak suami yang menjamin bayi selama dalam ruangan bersalin, yakni suami
sebanyak 51% dan ibu 25%. Kontak awal ini akan membawa dampak bagi proses
hubungan suami dengan anak dan isterinya selanjutnya.
Dengan demikian kehadiran seorang
suami selama proses persalinan, tujuannya tidak lain adalah menghadirkan
suasana rumah menghadirkan situasi keluarga ke rumah sakit dan memberikan makna
kekeluargaan bagi peristiwa kelahiran itu.
Meskipun hasil berbagai penelitian
itu bermaksud mempertajam pentingnya kehadiran suami dalam peristiwa kelahiran
namun tidak mudah member kesimpulan akhir. Kebanyakan suami yang mau melakukan
ini masih bersifat sukarela dan mungkin hanya sebagian kecil suami yang
bersedia untuk itu.
7.
Hipnotik
Hipnotik dapat mengurangi sensasi
nyeri untuk wanita dalam prosess melahirkan cecaria. Metode ini tidak afektif
untuk semua orang, dipilih yang ada manfaatnya untuk wanita. Hipnotik fleksibel
tidak ada yang tahu efeknya, seperti hipotensi, muntah respirasi bayi dengan
depresi.
8.
Relaksasi
Menurut Steer, relaksasi adalah
metode pengendalina nyeri non farmakologik yang paling sering digunakan di
Inggris. Metode ini menggunakan pendidikan dan latihan pernafasan dengan
prinsip wanita dapat mengurangi nyeri denmgan cara mengurangi sensasi nyeri dan
mengontrol intensitas reaksi terhadap nyeri.
Relaksasi dapat dilakukan dengan cara
ciptakan lingkungan yang tenang , tentukan posisi yang nyaman , konsentrasi
pada suatu objek atau bayangan visual, lepaskan ketegangan.
Substansi alamiah yang berperan
sebagai anestesi alamiah dalam tubuh kita saat melakukan relaksasi disebut
endorphin , merupakan kombinasi dari zat – zat endogen serta morphin., yang
mana mampu mempengaruhi pesan – pesan nyeri dari luar dan mempunyai efek
penekan rasa sakit. Trasmisi dari impuls – impuls nyeri menuju tingkatan
cortical awarness dapat dinyatakan kedalam 3 cara sebagai berikut :
a.
Aktifitas dalam sebagian besar
dan sebagian kecil serat – serat syaraf sensoris
b.
Proyeksi dari formasi “ Brain
Stem Reticular “
c.
Proyeksi dari kortek serebral
dan thalamus.
H. Manfaat Metode Pengurangan Nyeri Nonfarmakologis
1. Efektif.
2. Biayanya rendah.
3. Resiko rendah.
4. Kemajuan
persalinan meningkat.
5. Hasil
kelahiran bertambah baik.
6. Bersifat
sayang ibu.
I. Metode Mengatasi Nyeri Farmakologis.
1.
Obat pengurang rasa nyeri
Pada beberapa
kasus gawat darurat obstetri,penderita dapat mengalami rasa nyeri yang
membutuhkan pengobatan segera. Pemberian obat pengurang rasa nyeri jangan
sampai menyembunyikan gejala yang sangat penting untuk menentukan diagnosis.Hindarilah
sedasi berlebihan.Obat narkotika dapat menekan pernafasan. Hindarilah
penggunaan narkotika pada kasus yang dirujuk tanpa didampingi petugas
kesehatan, terlebih lagi petugas tanpa kemampuan untuk mengatasi depresi
pernafasan .
2.
Anastesi.
3.
Anastesi umum
4.
Teknik Spinal ( ILA, Intra
Techal Labour Analgesia )
Tehnik ini
prinsipnya sama, hanya penangan nyerinya hanya terbatas hingga bayi lahir.
Karena tidak ada insersi kateter (selang) ke tulang belakang sehingga obat
hanya diberikan one shot dengan durasi 2-4 jam saja.
5.
Teknik Epidural ( ELA )
Salah satu cara
yang sangat efektif adalah dengan teknik bebas nyeri secara epidural. Dengan
menggunakan larutan obat anestetik lokal atau opioid dengan konsentrasi
tertentu yang dimasukkan lewat kateter halus di tulang belakang , ibu tersebut
tidak mengalami rasa nyeri lagi dan juga tidak akan mengalami perubahan
hemodinamik dan gangguan fungsi motorik.
Kemajuan ilmu dan
teknologi kedokteran memungkinkan cara ini dapat dikerjakan tanpa dirasakan
nyeri oleh ibu yang sedang dalam proses persalinan, dan cara ini dapat
dikerjakan sejak awal karena tidak akan mengganggu perjalanan persalinan kala
I. Selama program bebas nyeri dengan cara ini, ibu-ibu tersebut tidak akan
mengalami gangguan fungsi motorik, artinya tenaga gerak tungkai dan kekuatan
mengeden tidak akan terganggu.
Penelitian sudah
membuktikan bahwa tindakan bebas nyeri saat persalinan secara epidural tidak
mempunyai efek yang mengakibatkan persalinan akhirnya harus dilaksanakan secara
operasi Seksio Caesaria. Sama sekali tidak seperti itu. Kalaupun akhirnya
persalinan harus dilakukan dengan tindakan operasi Seksio Caesaria, mungkin
sekali disebabkan oleh suatu masalah, yaitu memang sejak awal ada suatu
kelainan yang tidak memungkinkan terjadinya persalinan secara normal yang
mengakibatkan timbulnya rasa nyeri secara berlebihan (distosia).
J. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
1.
Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri,
sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri
pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,
karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan
mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.
2.
Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki
dan wnita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih
dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri,
wanita boleh mengeluh nyeri).
3.
Kultur
Orang belajar dari budayanya,
bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu
daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima
karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
4.
Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana
pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.
5.
Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan
perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990),
perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan
upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi,
guided imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6.
Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap
nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas.
7.
Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil
mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia
akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri
tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
8.
Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah
seseorang mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan
menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.
9.
Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali
bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan
dan perlindungan.
K. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran
tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas
nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas
yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang
yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin
adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang
nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adalah sebagai
berikut :
1. Skala intensitas nyeri
deskritif
2. Skala identitas nyeri
numerik
3. Skala analog visual
4. Skala nyeri menurut
bourbanis
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang
tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu
lagi berkomunikasi, memukul.
Karakteristik paling subyektif pada
nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali
diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah.
Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu
informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
Skala deskritif merupakan alat
pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi
verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang
terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang
sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri”
sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut
dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri trbaru yang ia rasakan.
Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan
seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan
klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numerik
(Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala
0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri,
maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992).
Skala analog visual (Visual analog
scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada
setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi
keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih
sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari
pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).
Skala nyeri harus dirancang sehingga
skala tersebut mudah digunakan dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien
melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi
nyeri akan lebih akurat. Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya
mengkaji tingkat keparahan nyeri, tapi juga, mengevaluasi perubahan kondisi
klien. Perawat dapat menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih
memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami penurunan atau peningkatan
(Potter, 2005).
L. Nyeri Berdasarkan Durasinya
1. Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah
tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yan
cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini
adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan
datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi
medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Apabila nyeri akut ini
muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera menghilangkan
nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu
harus menjadi prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi
bisa memanjang
dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.
2. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan
atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung
lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan.
Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan
kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung
terus sampai kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada
nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi (gejala
hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan
meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap
pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan penyebab
utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat
diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada depresi
psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yan
gtidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari
ke hari.
Perbedaan karakteristik nyeri
akut dan kronik
Nyeri
akut
|
Nyeri kronik
|
·
Lamanya
dalam hitungan menit
·
Ditandai
peningkatan BP, nadi, dan respirasi
·
Respon pasien:Fokus pada nyeri, menyetakan nyeri menangis dan
mengerang
·
Tingkah laku menggosok bagian yang nyeri
|
·
Lamanyna
sampai hitungan bulan, > 6bln
·
Fungsi
fisiologi bersifat normal
·
Tidak
ada keluhan nyeri
·
Tidak
ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyeri
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri saat persalinan timbul akibat kontraksi uterus, dan itu
merupakan suatu proses yang alami, yang pasti dirasakan oleh setiap ibu saat
persalinan. Namun rasa nyeri saat persalinan itu dapat di kurangi dengan
berbagai tehnik diantaranya yaitu distraksi, relaksasi.hipnotik, dan masih
banyak tehnik yang lain.
B. Saran
Ibu yang mengalami nyeri saat
bersalin, di saran kan untuk melakukan tehnik – tehnik untuk mengurangi rasa
nyeri yang diajarkan oleh tenaga kesehatan.
Komentar