KEHAMILAN DENGAN POLYHIDRAMNION
DAN OLIGOHIDRAMNION disertai dengan contoh kasusnya

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Banyak mitos ditengah masyarakat kita menyangkut kehamilan. Diantaranya mitos tentang minum air es yang bisa mengakibatkan kembar air. Menjuluki suatu kehamilan dengan air ketuban yang kelewat banyak sebagai kembar air tidak tepat. Jelas bahwa air ketuban itu bukan kembar sang bayi.
Air ketuban (cairan amnion) diproduksi oleh sel (endotel) yang melapisi kantung ketuban dan permukaan plasenta (ari-ari, uri) dan peresapan cairan (eksudasi) melewati membran kantung ketuban. Pada proposisi lebih besar, air ketuban dihasilkan air kencing janin. Dalam keadaan sehat, janin akan minum air ketuban dan mengeluarkan kembali dalam bentuk kencing, sehingga seolah-olah terjadi suatu lingkaranatau siklus yang berulang. Itu sebabnya bentuk, rupa, bau ketuban tidak jauh beda dengan air kencing.
Dalam air ketuban juga dijumpai sel-sel dalam rambut (lanugo) yang terlepas serta butiran lemak yang bisa melapisi permukaan kulit bayi (verniks kaseosa). Pada suatu keaadan tertentu, air ketuban didapatkan dalam jumlah yang lebih dari normal keadaan ini disebut polihidramnion atau kadang disebut hidramnion saja.sedangkan keaadaan dimana air ketuban didapatkan dalam jumlah kurang dari normal disebut oligohydramnion
Menurut staf pengajar LAB/UPF obstetri dan ginekologi, volume air ketuban bervariasi menurut usia kehamilan, puncaknya di umur kehamilan sekitar 33 minggu, volume air ketuban berkisar 1 - 1,5 liter. Produksi air ketuban yang abnormal baru bisa terjadi sebelum umur kehamilan mencapai 22 minggu atau 5 bulan.
Kejadian polihydramnion lebih sering terjadi daripada oligohydramnion. Penyebab polihidromnion belum dipastikan secara benar, salah satu yang dicurugai adanya proses infeksi. Dua per tiga kasus polihidromnion tidak diketeahui sebabnya.
Menurut Hanifa Winknjosastro (2005), polihidromnion meningkatkan resiko kelahiran prematur dan resiko komplikasi persalinan. Kemungkinan terjadi perdarahan pascapersalinan lebih tinggi dibanding dari pada perlekatannya sebelum operasi dan terjadinya kematian janin didalam kandungan. Kejadian bedah caesar juga lebih tinggi dibandingkan pada kehamilan biasa karena lebih banyak yang tidak normal atau menurutnya kesejahteraan janin.
Berdasarkan data diatas maka kami tertarik untuk membuat makalah dengan judul “Kehamilan dengan Polihydramnion dan Oligohydramnion”.

B.     Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang kehamilan patologis dengan polihydramnion dan oligohydramnion
2.    Tujuan Khusus
a.    Mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian kehamilan dengan polihydramnion dan oligohydramnion
b.    Mahasiswa dapat memahami tentang penyebab kehamilan dengan polihydramnion dan oligohydramnion
c.    Mahasiswa dapat memahami tentang gejala klinis dari kehamilan dengan polihydramnion dan oligohydramnion
d.    Mahasiswa dapat memahami tentang resiko dari kehamilan dengan polihydramnion dan oligohydramnion
e.    Mahasiswa dapat memahami tentang penatalaksanaan dari kehamilan dengan polihydramnion dan oligohydramnion

C.     Manfaat
1.    Bagi Mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan tentang kehamilan dengan polihydramnion dan oligohydramnion
2.    Bagi pembaca
Untuk menambah wawasan tentang kehamilan dengan polihydramnion dan oligohydramnion
3.    Bagi masyarakat
Untuk menambah wawasan tentang kehamilan dengan polihydramnion dan oligohydramnion serta mengetahui penanganannya dalam masyarakat












BAB II
TINJAUAN TEORI

A.   Polihydramnion
1.    Pengertian
Poligohidramnion adalah jumlah cairan yang berlebihan yang dihubungkan dengan diabetes millitus pada ibu, defek tuba neuralis, dan atresia esoagus pada fetus, dan adanya kembar uniovuler.(Buku Anatomi dan Fisiologi Terapi dalam Kebidanan)
Poligohidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. (Buku Sinopsis Obstetri Jilid1 )
Poligohidramnion adalah air ketuban paling banyak pada minggu ke-38 ialah sebanyak 1030 cc, pada akhir kehamilan tinggal 790 ccdan terus berkurang sehingga pada minggu ke-43 hanya 240 cc. Pada akhir kehamilan seluruh air ketuban diganti dalam 2 jam berhubung adanya produksi dan pengaliran. ( Buku Obstetri Patologi )
Poligohidramnion adalah jumlah air ketuban melebihi 1500 ml. (Buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan )
Polihidramnion adalah hidramnion. ( Kamus Dorland)
2.    Etiologi
Mekanisme terjadinya hidramnion hanya sedikit kita ketahui. Pada penyelidikan yang dilakukan oleh para sarjana, tidak didapati kelainan pada epitel amnion yang dapat menyebabkan hipersekresi dari air ketuban. Secara logis dapat diterima mekanisme sebagai berikut :
a.    Produksi tetap biasa – konsumsi kurang atau nihil sehingga terjadi hidramnion
Pengaliran air ketuban terganggu : air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorpsi oleh usus dan dialirkan ke placenta, akhirnya masuk ke dalam peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia aesophagel, anencephalus atau tumor placenta.
          Pada anencphalus dan spina bifida diduga bahwa hidramnion terjadi karena transudasi cairan dari selaput otak dan selaput sumsum belakang.
          Selain dari pada itu anak anencephal tidak menelan dan pertumbuhan air terganggu karena pusatnya kurang sempurna hingga anak ini kencing berlebihan.
          Pada atresia oesophagus hidramnion terjadi karena anak tidak menelan. Pada gemeli mungkin disebabkan karena salah satu janin pada kehamilan satu telur jantungnya lebih kuat dan karena itu juga menghasilkan banyak air kencing. Mungkin juga karena luasnya amnion lebih besar pada kehamilan kembar.
          Pada hidramnion sering ditemukan placenta yang besar.
b.    Produksi hebat atau meningkat (urin janin meningkat, dan lain-lain)
Produksi air ketuban bertambah : yang diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuba juga dapat bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion, misalnya air kencing anak atau cairan otak pada anencephaus
3.    Gejala-gejala
Gejala-gejala disebabkan karena tekanan oleh uterus yang sangat besar pada alat sekitarnya maka timbullah :
1)    Sesak nafas
2)    Oedem labia, vulva dan dinding perut
3)    Regangan dinding rahim sendiri menimbulkan nyeri ( gejala-gejala lebih menonjol pada hidramnion yang akut )
4)    Palpasi anak sulit
5)    Bunyi jantung sering tidak terdengar


4.    Perjalanan Penyakit
a.    Hidramnion kronis
Banyak dijumpai. Pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa minggu atau bulan, dan biasanya terjadi pada kehamilan lanjut.
b.    Hidramnion Akut
Terjadi pertambahan air ketuban yang sangat tiba-tiba dan cepat dalam waktu beberapa hari saja. Biasanya terdapat pada kehamilan yang agak muda, bulan ke-5 dan ke-6. Komposisi dari air ketuban pada hidramnion, menurut penyelidikan, serupa saja dengan air ketuban yang normal.
5.    Predisposisi
Walaupun etiologi tidak jelas, namun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidramnion, antara lain :
a.    Penyakit jantung
b.    Nefritis
c.    Edema umum (anarsaka)
d.    Anomali kongenital (pada anak), seperti anensefali, spina bifida, atresia atau striktur esofagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus.
e.    Simpul tali pusat
f.     Diabetes millitus
g.    Gemeli uniovulair
h.    Malnutrisi
i.      Penyakit kelenjar hipofisis
j.     Pada hidramnion biasanya palsenta lebih besar dan lebih berat dari biasa, karena transudasi menjadi lebih banyak dan timbul hidramnion.
Dalam ha ini terjadi karena :
1)    Tidak ada stimulasi dari otak dan spina
2)    Excressive urinary secretion
3)    Tidak berfungsinya pusat menelan dan haus
4)    Transudasi langsung dari cairan meningeal ke dalam amnion
6.    Prognosis
a.    Pada janin, prognosis agak buruk (mortalitas kurang lebih 50% ) padarontgen foto tidak terjadi kelainan, Karena :
1)    Kongenital anomali
2)    Prematuritas
3)    Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat menumbung
4)    Eritroblastosis
5)    Diabetes militus
6)    Solusio placenta, kalau ketuban pecah tiba-tiba.
b.    Pada ibu :
1)    Solusio placenta
2)    Atonia uteri
3)    Perdarahan postpartum
4)    Retensio placenta
5)    Syok
6)    Kesalahan-kesalahan letak janin menyebabkan partus jadi lama dan sukar.
7.    Diagnosa
     Polihidramnion harus dibedakan dengan ascites, cystoma ovarii dan mola hydatidosa.
     Untuk membantu diagnostik dan untuk mencari etiologi dibuat foto rontgen atau ultrasonogram yang dapat memperlihatkan anencephalus, gemeli, dan lain-lain.
a.    Anamnesa
1.    Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa
2.    Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak
3.    Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat, maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ, terutama pada diafragma, seperti sesak (dispnoe), nyeri ulu hati, dan sianosis.
4.    Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual, dan muntah
5.    Edema pada tungkai, vulva, dinding perut
6.    Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, berkeringat dingin dan sesak.
b.    Inspeksi
1.    Kelihatan perut sangat buncit dan teganng, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbiikus mendatar.
2.    Kalau akut, si ibu terlihat sesak (dispnoe) dan sianosis, serta terlihat payah membawa kandungannya.
c.    Palpasi
1.    Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi edema pada dinding perut, vulva dan tungkai.
2.    Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya
3.    Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan
4.    Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballotement jelas sekali.
5.    Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi kesalahan-kesalahan letak janin.
d.    Auskultasi
Denyut jantung janin sukar didengar atau kalau terdengar halus sekali.
e.    Rontgen Foto Abdomen
1.    Nampak bayangan berselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang bayangan janin tidak jelas.
2.    Foto rontgen pada hidramnion berguna untuk diagnostik dan untuk menentukan etiologi, seperti anomali kongenital (anensefali atau gemeli )
f.     Pemeriksaan Dalam
Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun diluar his
Diagnosa banding
    Bila seorang ibu datang dengan perut yang lebih besar dari kehamilan yang seharusnya, kemungkinan :
1.    Hidramnion
2.    Gemeli
3.    Asites
4.    Kista ovarii
5.    Kehamilan beserta tumor
8.    Terapi
Terapi polihidramnion dibagi menjadi dalam 3 fase :
a.    Waktu hamil (di BKIA)
1)    Hidramnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup dionservasi dan berikan terapi simtomatis.
2)    Pada hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat di rumah sakit untuk istirahat sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat diuresis. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tegang, lakukan pungsi abdominal pada kanan bawah umbilikus.
Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Kalau cairan dikeluarkan secara dikhawatirkan terjadi his dan solusio placenta, apalagi bila anak belum viable.
Komplikasi pungsi dapat berupa :
a)    Timbul his
b)   Trauma pada janin
c)    Terkenanya organ-organ rongga perut oleh tusukan
d)    Infeksi serta syok
Bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya jarum mengenai placenta, maka pungsi harus dihentikan.


b.    Waktu partus
1)    Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu.
2)    Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis, maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan.
Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat lalu air ketuban akan keuar pelan-pelan. Boleh juga memakai trokair.
3)    Bila sewaktu pemeriksaan daam ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar dengan deras, masukkanlah tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solusio placenta, syok karena tiba-tiba perut menjadi kosong, atau perdarahan postpartum karena atonia uteri.
c.    Postpartum
1)    Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan postpartum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan golongan dan tranfusi darah (donor) serta sediakan obat uteretonika.
2)    Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertologan perdarahan postpartum.
3)    Kalau perdarahan banyak dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi berikan antibiotika yang cukup.

B. Olihydramnion
1. Pengertian
Oligohidramnion adalah menunjukkan pengurangan jumlah cairan amnion yang tidak memungkinkan fetus untuk cukup bergerak in utero. (Buku Anatomi dan Fisiologi Terapi dalam Kebidanan)
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air  ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari ½ liter. (Buku Sinopsis Obstetri Jilid1)
Oligohidramnion adalah jika air ketuban kurang dari 500 cc. (Buku Obstetri Patologi)
Oligohidramnion adalah jumlah air ketuban kurang dari 1000ml. (Buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan)
Oligohidramnion adalah defisiensi jumlah cairan amnion. ( Kamus Dorland )
2. Etiologi
            Etiologi belum jelas, tetapi disangka ada kaitannya dengan renal agenosis janin. Etiologi primer lainnya mungkin olehbkarena amnion kurang baik pertumbuhannya dan etiologi sekunder lainnya, misalnya pada ketuban pecah dini.
(http://tutorialkuliah.wordpress.com/2009/01/14/oligohidramnion/)
Penyebab oligohidramnion menurut Varney, 2006 antara lain :
a.    Anomaly kongenital ( misal agenesis ginjal/RFG, sindrom potter )
b.    Penyakit virus
c.    IUGR
d.    Insuffiensi utero placenta
e.    Pecah ketuban dini (minggu 24-26)
f.     Meresponi indosin sebagai suatu tokolitik yang dapat menyebabkan gawat janin akibat keracunan dari obat.
g.    Hipoksia janin
h.    Aspirasi mekonium dan cairan yang bercampur mekonium
i.      Sindrom pascamatur



3. Gambaran Klinis
1)     Rahim lebih kecil sesuai dengan tuanya kehamilan.
2)     Bunyi jantung anak sudah terdengar sebelum bulan ke-5 dan terdengar dengan lebih jelas.
3)     Pergerakan anak dirasakan nyeri oleh ibu, sering berakhir dengan partus prematurus. (Buku Obstetri Patologi, 1998)
4)     Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
5)      Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
6)     Sering berakhir dengan partus prematurus.
7)      Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
8)      Persalinan lebih lama dari biasanya.
9)     Sewaktu his akan sakit sekali.
10)   Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar.
4. Patofisiologi
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.
Gejala Sindroma Potter berupa :
a.     Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
b.     Tidak terbentuk air kemih
c.      Gawat pernafasan,
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
a.    USG ibu (menunjukkan oligohidramnion serta tidak adanya ginjal janin atau ginjal yang sangat abnormal)
b.    Rontgen perut bayi
c.    Rontgen paru-paru bayi
d.    Analisa gas darah.
6. Tindakan Konservatif
a.    Tirah baring.
b.     Hidrasi.
c.    Perbaikan nutrisi.
d.    Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST, Bpp).
e.    Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
f.     Amnion infusion.
g.    Induksi dan kelahiran.


BAB III
MANAJEMEN KEBIDANAN

ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGIS PADA KEHAMILAN DENGAN HIDRAMION
PADA Ny. S 22 TAHUN G1P0A0 HAMIL 24 MINGGU TRIMESTER II
DI RSB BUDI  RAHAYU MAGELANG

I.   PENGKAJIAN
A.  Data Subyektif
1.  Identitas
a.  Identitas Pasien                 b.    Identitas Penanggungjawab
Nama                   : Ny. S                      Nama                   : Tn. H
Umur          : 22 tahun                  Umur          : 27 tahun
Suku/bangsa          : Jawa/Indonesia        Suku/Bangsa          : Jawa/Indonesia
Pendidikan   : SMA                       Pendidikan   : S1
Pekerjaan    : IRT                        Pekerjaan    : Guru
Alamat        : Bandongan,             Alamat        : Bandongan,
             Magelang                                   Magelang
2.    Alasan Datang
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya
3.    Keluhan Utama
Ibu datang mengeluh sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu, disertai keringat dingin, perut terasa tegang dan lebih berat dari biasanya.
4.    Riwayat Kesehatan
a.    Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi, Hepatitis, DM, HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual.
b.    Sekarang
Ibu mengatakan sedang tidak menderita penyakit jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi, Hepatitis, DM, HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual.
c.    Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit jantung, ginjal, asma, TBC, hipertensi, Hepatitis, DM, HIV/AIDS, cacat bawaan, dan riwayat keturunan kembar.
5.    Riwayat Perkawinan
Ibu menikah 1 X umur 21 tahun dengan suami umur 26 tahun. Lama pernikahan 1 tahun dengan status yang syah.
6.    Riwayat Obstetri
a.    Riwayat Menstruasi
Menarche       : 13tahun                          Konsistensi    : cair
Siklus             : 28hari                            Warna           : merah segar
Lama             : 7hari                              Disminorhoe  : tidak
Teratur/tidak   : teratur                            Flour Albus    : tidak
Banyaknya      : 2-3x ganti pembalut/hari    HPHT            : 14 Oktober 2010
b.    Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil ini
c.    Riwayatkehamilan sekarang
1.    Ibu mengatakan hamil yang pertama, belum pernah melahirkan dan belum pernah keguguran. G1P0A0 hamil 24 minggu.
2.    HPL : 21 Juli 2011
3.    BB sebelum hamil : 59 kg
BB sekarang        : 66 kg
4.    Periksa ANC sebelumnya di bidan sebanyak 5 kali
TM I         : 3x keluhan   : mual-muntah, therapy: vitamin B6, vitamin C.
TM II        : 2x, keluhan  : tidak ada keluhan, therapy: vitamin Bcomplex, vitonal f, kalk
5.    TT I          : UK 16 minggu.   TT II : UK 20 minggu
6.    Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat-obaran dari bidan dan dokter saja.
7.    Ibu mengatakan pertama kali merasakan gerakan janin adalah saat umur kehamilan 16 minggu.
8.    Ibu dan kelurga tidak mempunyai kebiasaan buruk yang dapat berdampak negatif terhadap kehamilannya seperti narkoba, minuman keras, mengkonsumsi jamu, merokok.
7.    Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.
8.    Pola Kebutuhan Sehari-hari
a.    Nutrisi
TM I     :  Ibu makan 3x/hari, menu nasi, sayur dan lauk. 1 porsi sedang habis. Minum 6-7 gelas/hari dengan air putih dan teh manis.
TM II    :  Ibu makan 3x/hari, dengan menu nasi, sayur, dan lauk. 1porsi sedang habis. Minum 7-8gelas/hari dengan air putih dan teh manis.
b.    Eliminasi
TM I      :   Ibu BAB 1x/hari,konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, bau khas feces. BAK 5-6x/hari, konsistensi cair, warna kuning jernih, bau khass amniok.
TM II    :   Ibu BAB 1x/hari, konsistensi lembek,warna kuning kecoklatan, bau khas amniok. BAK 6-7x/hari, konsistensi cair, warna kuning jernih, bau khas amniok.
c.    Aktivitas
TM I      :  Ibu hanya beraktivitas yang ringan-ringan saja.
TM II    :  Ibu hanya beraktivitas yang ringan-ringan saja.
d.    Istirahat
TM I      :   Ibu tidur siang 1jam/hari, tidur malam 7jam/hari.
TM II    :   Ibu tidak dapat tidur karena keluhan yang dirasakannya. Ibu hanya dapat tidur 4-5 jam/hari, dengan keadaan terputus-putus
e.    Hubungan seksual
TM I      :   Ibu melakukan hubungan seksual 2x/minggu.
TM II    : Ibu mengatakan pada 1 minggu terakhir tidak melakukan hubungan suami istri, karena ibu mengalami ganguan rasa nyaman.
f.     Personal hygiene
TM I      :   Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 3x/minggu, ganti baju 2x/hari.
TM II    :   Ibu mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 3x/minggu, ganti baju 2x/hari
9.    Data Psikososio, Spiritual, Ekonomi
a.    Ibu senang atas kehamilannya.
b.    Suami dan keluarga sangat senang serta mendukung kehamilan ibu.
c.    Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami.
d.    Ibu dan keluarga taat beribadah setiap hari.
e.    Ibu tinggal berrsama suami, tidak mempunyai hewan peliharaan apapun, memasak daging lebih dari 30 menit, memasak sayur dicuci dahulu baru dipotong.
10. Data Pengetahuan Ibu
Ibu mengatakan agak cemas dengan perubahan pada perutnya dalam 1 minggu terakhir.

B.    Data Obyektif
1.    Pemeriksaan Umum
a.    Keadaan umum        : baik
b.    Kesadaran               : composmentis
c.    TTV                       : TD              : 110/70mmHg
  Nadi            : 85x/menit
  Suhu           : 360C          
  Respirasi     : 23x/menit
d.    BB sekarang   : 71 kg
e.    LILA             : 28 cm
f.     TB                : 159 cm
2.    Pemeriksaan Fisik
a.    Kepala     : mesochepal, rambut hitam, tidak rontok, bersih.
b.    Muka       : bentuk simetris dan agak pucat, keadaan bersih tidak ada oedema
c.    Mata        : bentuk simteris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, kojungtiva merah muda, sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan baik
d.    Hidung     : bentuk simetris, keadaan bersih dan tidak ada pembesaran polip, fungsi penciuman baik
e.    Telinga     : bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik
f.     Mulut       : bentuk simetris, tidak terdapat stomatitis, keadaan gigi bersih, tidak ada pembengkakan toncil
g.    Leher       : tidak ada pembesaran kelenjar thiroid, dan tidak ada pembengkakan vena jugularis
h.    Dada        : bentuk buah dada simetris, pergerakan nafas teratur, tidak ada benjolan abnormal
i.      Ketiak      : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan
j.     Abdomen  : bentuk simetris membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan, kulit perut berkilat
k.    Genetalia  : keadaan bersih, tidak ada keluhan, tidak ada varices
l.      Eks.Atas   : simetris, tidak ada cacat tidak ada oedema, keadaan bersih dapat berfungsi dengan baik, terasa pegal-pegal
m.  Eks.Bawah          : simetris, tidak ada cacat, keadaan bersih, tidak ada oedema, dapat berfungsi dengan baik, terasa pegal-pegal
n.    Anus        : bersih, tidak ada hemoroid

3.    Pemeriksaan Obstetri
a.    Inspeksi
Muka       : bentuk simeris dan agak pucat, keadaan bersih tidak ada oedema
Payudara  : membesar, simetris, puting susu menonjol, hiperpigmentasi, keadaan bersih
Abdomen  : bentuk simetris membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan, kulit perut berkilat
Genetalia : keadaan bersih, tidak ada keluhan, tidak ada varices
b.    Palpasi
Payudara : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal, kolostrum belum keluar
Abdomen : L I    : setinggi pusat
L II     : perut teraba tegang, teraba ballotement janin letak memanjang, bagian-bagian janin sukar diraba
                L III : tidak dilakukan
                L IV  : tidak dilakukan
TFU         : 26cm
TBJ                   : (26-12) x 155 = 2170 gram
c.    Auskultasi
DJJ          : terdengar jauh dan halus di bawah pusat sebelah kanan, frekuensi 126x/menit, teratur
d.    Palpasi
Reflek patella kanan dan kiri      : (+)
e.    Pemeriksaan Panggul Luar
Distansia spinarum         : 25 cm
Distansia kristarum        : 30 cm
Konjugata eksterna        : 19 cm
Lingkar panggul             : 85 cm

II. INTERPRETASI DATA
A.                     Diagnosa Kebidanan
Ny. S umur 22 tahun G1P0A0 hamil 24 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterin dengan hidramnion.
Data Dasar     :
DS                :
a.      Ibu mengatakan hamil anak pertama.
b.     Ibu mengatakan perutnya cepat membesar dan terus lebih berat dari biasanya, sesak nafas disertai dengan keringat dingin dalam satu minggu terakhir.
DO               :
a.      Pernafasan         :23x/menit
b.     Suhu       :360C
c.      DJJ 126x/ menit, perut teraba tegang janin letak memanjang DJJ terdengar jauh dan halus
B.                     Masalah
1.      Ibu merasa cemas terhadap kehamilannya
      Data Dasar        :
DS                     :
a.  Ibu mengatakan ibu khawatir dengan keadaan ini karena ibu merasa perutnya cepat membesar dalam 1 minggu terakhir
b.  Ibu sangat mengharapkan kehamilan berjalan normal dan janinnya selamat.
    DO                    :
a.                   Ibu tampak pucat
b.                  Ibu terlihat agak pucat
2.      Gangguan pola istirahat dan tidur
Data Dasar        :
DS                    :
Ibu mengatakan hanya tidur 4-5 jam sehari dengan terputus akibat dari kelelahan yang dirasakan

DO                   :
Konjungtiva ibu sangat pucat karena kurang istirahat

III.  DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadi solutio placenta (jika ketuban pecah tiba-tiba), prematuritas pada janin dan perdarahan postpartum

IV.   ANTISIPASI/TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya bila terjadi komplikasi lebih lanjut.

V.     PERENCANAAN
1.                  Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini
a.         Jelaskan pada ibu dan keluarga, keadaan ibu dan janin saat ini dalam keadaan baik.
b.         Beritahu keluarga bahwa ibu membutuhkan perhatian yang intensif
2.  Anjurkan ibu untuk banyak istirahat dan mengurangi aktifitas / pekerjaan yang berat
a.         Anjurkan ibu untuk istirahat dan cukup tidur 8 jam sehari
b.         Anjurkan ibu untuk tidak melakukan perkerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan sebelum hamil.
c.         Anjurkan ibu untuk tetap rileks dan tenang menghadapi kehamilannya saat ini
d.        Anjurkan ibu untuk istirahat baring dalam keadaan setengah duduk atau miring ke kiri.
3.                  Anjurkan ibu untuk mengatur pola makan
a.         Anjurkan ibu untuk diet rendah garam
b.         Anjurkan ibu untuk makan 3 kali sehari dengan nutrisi yang cukup
c.         Anjurkan ibu untuk makan makanan yang berserat
4.      Libatkan suami dan keluarga dalam kehamilan ibu saat ini
a.         Libatkan keluarga untuk selalu memberikan dukungan pada ibu
b.         Beritahu keluarga untuk dapat meyakinkan kondisi ibu dan janinnya baik-baik saja
c.         Persiapkan ibu dalam menghadapi semakin bertambahnya usia kehamilannya
5.  Observasi keadaan umum, pembesaran perut dan kenaikan berat badan ibu
a.         Waspadai adanya komplikasi dalam kehamilan polihidramnion
b.         Pantau keadaan ibu dan janin agar dapat dideteksi dini adanya komplikasi
6.  Anjurkan ibu untuk datang kembali dan memeriksakan kehamilannya dalam 1 minggu mendatang atau bila ada keluhan

VI.   PELAKSANAAN
1.    Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janin saat ini. Saat ini ibu dan janin dalam keadaan baik-baik saja pembesaran perut ibu yang cepat dalam 1 minggu terakhir disebabkan karena adanya peningkatan produksi air seni janin yang berlebihan. Si jabang bayi minum air ketuban dalam jumlah seimbang dengan air seni yang dihasilkan.
2.    Menganjurkan ibu untuk banyk istirahat dan mengurangi aktifitas / pekerjaan yang berat. Menganjurkan pada ibu untuk istirahat cukup 8 jam sehari. Menganjurkan ibu istirahat dalam keadaan setengah duduk. Untuk mengurangi gangguan rasa nyaman ibu terhadap pembesaran perut yang cepat yang menyebabkan tekanan pada organ deperti diaferagma sehingga mengakibatkan ibu sesak nafas.
3.    Menganjuran ibu untuk diet rendah garam tetapi pemenuhan kebutuhan tetap terpenuhi, seperti mengkonsumsi sayur-sayuran, lauk-pauk, buah-buahan dalam porsi sedang, 3x sehari. Menganjurkan ibu untuk minum 8-12 gelas tiap hari untuk menghindari terjadinya konstipasi
4.    Melibatkan suami dan keluarga untuk selalu memberikan dukungan pada ibu. Karena ibu membutuhkan pengertian emosional, konseling, serta perhatian lebih. Dukungan dari suami dan keluarga sangat berpengaruh dalam proses mengembalikan kestabilan emosional ibu atas kecemasan dan kekhawatiran terhadap kehamiannya.
5.    Mengobservasi keadaan umum seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. Karena cairan ketuban yang berlebih menimbulkan keluhan-keluhan seperti gangguan pernafasan yang berat, pertambahan berat badan yang berlebih. Keluhan tersebut akhirnya akan memicu terjadinya hipertensi dalam kehamilan sehingga pemantauan tekanan darah sangat penting.
6.    Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau bila ada keluhan

VII. EVALUASI
1.    Ibu sudah mengerti tentang kondisinya dan janin dalam kandungannya saat ini
2.                            Suami dan keluarga akan memberikan dukungan psikologis pada ibu
3.                            Ibu masih nampak cemas dengan kondisinya saat ini
4.                            Ibu mengatakan akan melaksanakan anjuran yang telah dijelaskan
5.                            Tanda-tanda vital:
TD      : 110/80 mmHg
Suhu   : 360C
RR      : 23x/menit
Nadi    :85x/menit
6.    Ibu bersedia melakukan kontrol ulang 1 minggu lagi atau jika ada keluhan









BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Berdasarkan teori dan pengkajian kasus polihidramnion merupakan suatu kelainan cairan amnion yang lebih dari normal, yaitu lebih dari 2 liter sedangkan oligohidramnion merupakan suatu kelainan cairan amnion yang kurang dari normal, yaitu kurang dari ½ liter. Biasanya terjadi pada ibu hamil pada trimester kedua dan trimester tiga.
Ibu hamil dengan hidramnion di BKIA, puskesmas, ataupun BPS jarang sekali diberikan terapi klinis namun tetap dilakukan observasi dan diberikan terapi simtomatis, sedangkan pada ibu hamil dengan hidramnion yang berat harus dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Sedangkan sebagai bidan tetap memberikan penkes pada ibu yaitu diet rendah garam atau berikan obat-obatan jenis sedativa dan diuretis.

B.  Saran
1.              Bagi pembaca
Pembaca dapat memperoleh pengetahuan tentang kehamilan dengan kelainan air ketuban yaitu polihydramnion dan oligohidramnion
2.              Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui tentang kehamilan dengan polihydramnion dan oligohydramnion serta dapat memberikan penatalaksanaan pada pasien dengan kasus tersebut
3.              Bagi instansi kesehatan
Para petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang kehamilan dengan polihydramnion dan oligohydramnion serta dapat meningkatkan pelayanan yang efektif dan penanganan yang tepat.



DAFTAR PUSTAKA


Mochtar, Rustam. 1998. Sinossis Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Verralls, Sylvia. 1997. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.
Nuswantari, Dyah, dkk. 2000. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC
Sastrawinata, Sulaeman. 1981. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset.

Komentar

Postingan Populer