ATRESIA ESOFAGUS
A.
Pengertian
Atresia berarti buntu, atresia
esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu), pada
esofagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu,
sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan
trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan fistula).
Kelainan lumen esophagus ini
biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia esofagaus sering
disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin
testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).
B.
Tanda dan Gejala
a.
Biasanya disertai hidramnion (60%)
dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir prematur,
sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu diertai
hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus. Bila kateter terhenti
pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
b.
Bila pada bbl Timbul sesak yang
disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai terdapat atresia
esofagus.
c.
Segera setelah di beri minum, bayi
akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi cairan kedalam jalan nafas.
d.
Pada fistula trakeosofagus, cairan
lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena itu bayi sering sianosis.
C.
Klasifikasi
1.
Kalasia
Kalasia
adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah esophagus(pada persambungan
dengan lambung) yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering regurgitasi
bila dibaringkan.
2.
Akalasia
Akalasia
merupakan kebalikan dari kalasia, pada akalasia bagian distal esophagus tidak
dapat membuka dengan baik sehingga terjadi keadaan seperti stenosis atau
atresia. Disebut pula sebagai spasme kardio- esofagus. Penyebab akalasia adalah
adanya kartilago trakea yang tumbuh ektopik pada esofagus bagian bawah. Pada
pemeriksaan mikroskopis ditemuka jaringa tulang rawan dalam lapisan otot
esophagus. Pertolongannya adalah tindakan bedah sebelum dioperasi pemberian
minum harus dengan sendok sedikit demi sedikit dengan bayi dalam posisi duduk.
D.
Pengobatan
Pengobatan medik dilakukan dengan operasi.
Pada
penderita atresia anus ini dapat diberikan pengobatan sebagai beriikut :
a.
Fistula yaitu dengan melakukan
kolostomia sementara dan setelah 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus.
b.
Eksisi membran anal.
Sebelum dilakukan
operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya regurgitasi
cairan lambung ke dalam paru, cairan lambung harus sering diisap untuk mencegah
aspirasi.
E. Komplikasi
Komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia esofagus
dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
1.
Dismotilitas esophagus. Dismotilitas
terjadi karena kelemahan otot dingin esophagus. Berbagai tingkat dismotilitas
bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah mulai
makan dan minum.
2.
Gastroesofagus refluk. Kira-kira 50
% bayi yang menjalani operasi ini kana mengalami gastroesofagus refluk pada
saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung naik atau refluk ke
esophagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat (medical) atau pembedahan.
3.
Trakeo esogfagus fistula berulang.
Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
4.
Disfagia atau kesulitan menelan.
Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang diperbaiki.
Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya makanan dan
mencegah terjadinya ulkus.
5.
Kesulitan bernafas dan tersedak.
Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertaannya makanan
dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
6.
Batuk kronis. Batuk merupakan gejala
yang umum setelah operasi perbaikan atresia esophagus, hal ini disebabkan
kelemahan dari trakea.
7.
Meningkatnya infeksi saluran
pernafasan. Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontakk dengan orang
yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi
vitamin dan suplemen.
Komentar